Tuesday, February 17, 2004
hujan . . .
kalau boleh aku berkeluh
jangan paksa aku menggigil dalam dinginmu
biarlah kuhisap lamunanku
agar kujiwai rasa rindu
pada seseorang yang pernah mencuri secuil hatiku
malam . . .
biarkan aku bermain dengan rinduku
karena kerinduanku adalah tetes hujan
yang menetes luruh
tanpa tahu kapan akan berhenti
bunga matahari . . .
dapatkah kunikmati lagi indahmu
kau boleh mencuil hatiku lagi sesukamu
tapi jangan kau buang cuilannya
mungkin nanti aku kan layu
kamu tahu . . .
tak akan pernah mungkin
bunga matahari berubah
menjadi sekuntum melati
tapi aku tetap mengagumi pesona mu
langit biru at 5:14 PM
|
Tuesday, February 10, 2004
aku tak tahu harus mulai dari mana
ataupun memulai dengan apa
tolong raih saja tanganku
dekapkan ke jantungmu
itu pun bila kau mau
jadilah bintang utara
yang dapat menunjukkan arahku
jadilah burung api
yang bisa membakar inginku
oh. . . sang perkasa bawalah aku
rengkuh aku hingga bergemeletak tulangku
biarkan kumenari di hangatmu
selimuti juga seluruh lukaku
sebentar kuselami senjamu
dan tertidur disemestamu
hanya jingga tersisa dijiwa
hanya bintang yang menyimpan kenangan
hanya mata
hanya hati
hanya aku . . .
langit biru at 7:28 PM
|
Tuesday, February 03, 2004
selamat malam . . .
maafkan kisahmu kini berlalu
dan kita tak mungkin berpegang diri lagi
ataupun saling berharap hati
selamat malam . . .
cerita kini hanyut bersamamu
meski hatiku masih tersimpan bayanganmu
lupakan kenangan lalu bersamaku
akan kusimpan senyummu didalam anganku
selamat malam . . .
mungkin ini puisi terakhir untukmu
yang kujalin dari sayatan sembilu
dan redup dalam pijar lilin kelabu
selamat malam . . .
maafkan aku malaikatku
meski kau kirim sejuta kupu-kupu
untuk membawaku
aku tak akan mungkin kembali
langit biru at 3:28 PM
|